BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada saat
proses belajar–mengajar maka akan terjadi hubungan timbal balik antara guru dan
siswa yang beraneka ragam, dan itu akan mengakibatkan terbatasnya waktu guru
untuk mengontrol bagaimana pengaruh tingkah lakunya terhadap motivasi belajar
siswa. Selama pelajaran berlangsung guru sulit menentukan tingkah laku mana
yang berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa, misalnya gaya
mengajar mana yang memberi kesan positif pada diri siswa selama ini, strategi
mana yang dapat membantu kejelasan konsep selama ini, media dan metode mana
yang tepat untuk dipakai dalam menyajikan suatu bahan sehingga dapat membantu
mengaktifkan siswa dalam belajar.
Profesionalisme
seorang guru bukanlah hanya mengembangkan ilmu pengetahuan, tetapi lebih kepada
kemampuanya melaksanakan pembelajaran yang menarik untuk siswa sehingga siswa
lebih aktif mengikuti pembelajaran. Daya tarik suatu pelajaran terletak pada
dua hal yaitu oleh mata pelajaran itu sendiri dan cara guru mengajar.
Cara guru
mengajar menjadi salah satu penentu keberhasilan proses belajar mengajar. Salah
satu caranya adalah denganpenerapan model pembelajaran. Model pembelajaran
adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran.
Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman
dalam melakukan kegiatan.
Dalam
proses pembelajaran yang menggunakan model inkuiri, guru sebagai “fasilitator
pembelajaran”. Siswa mengajukan beberapa pertanyaan, menimbulkan hipotesis,
penelitian dan percobaan, menganalisis data, dan memberikan penjelasan sebagai
bukti.
Inquiry dibentuk
dan meliputi discovery dan lebih
banyak lagi. Dengan kata lain, inquiry adalah suatu perluasan proses-proses discovery yang digunakan dalam cara
lebih dewasa. Sebagai tambahan pada proses-proses discovery, inquiry
mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya
merumuskan problema sendiri, merancang eksperimen, melakukan eksperimen,
mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, mempunyai sikap-sikap
obyektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, dan sebagainya.
Johnson
dalam supriyono (2011:68) membedakan discovery
learning dengan inquiry learning. Discovery terdapat pengalaman
yang disebut “ahaa experience” yang
dapat diartikan nah ini dia. Inquiry learning tidak selalu sampai pada proses ini. Hal ini karena karena
proses akhir discovery learning
adalah penemuan, sedangkan inquiry learning proses akhirnya terletak pada
kepuasan kegiatan meneliti. Discovery
learning menekankan pada pengalaman seperti yang dialami oleh peneliti
ketika melakukan penemuan suatu temuan. Inquiry
berarti guru harus menyediakan situasi sedemikian rupa sehingga siswa didorong
untuk melakukan prosedur yang digunakan oleh penelitian. Persamaan discovery learning dan inquiry learning yaitu kedua
pembelajaran tersebut menekankan pada masalah konstektual dan aktivitas
penyelidikan.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan di atas terdapat berbagai permasalahan yang
dapat kami angkat dalam makalah ini, adapun masalah-masalah tersebut yaitu
sebagai berikut:
1.
Apa Pengertian dari Model Pembelajaran Inkuiri?
2.
Apa saja teori-teori yang mendukung pembelajaran inkuiri?
3.
Apa Prinsip-Prinsip dalam Model Pembelajaran Inkuiri?
4.
Apa Saja Langkah-Langkah Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri
5.
Sebutkan Jenis-Jenis Pendekatan Inkuiri?
6.
Apa Kelebihan dan Kelemahan dari Pendekatan Inkuiri?
7.
Bagaimana Penerapan Pendekatan Inkuiri dalam Pembelajaran
Matematika dan IPA?
C.
Tujuan
Tujuan yang
ingin dicapai penulis dari rumusan masalah tersebut yaitu sebagai berikut:
1.
Memahami pengertian model pembelajaran inkuiri.
2.
Mengetahui teori-teori yang melandasi model pembelajaran
inkuiri.
3.
Mengetahui dan memahami prinsip-prinsip dalam model pembelajaran
inkuiri.
4.
Mengetahui langkah-langkah model pembelajaran inkuiri.
5.
Mendeskripsikan jenis-jenis model pembelajaran inkuiri.
6.
Mengetahui kelebihan dan kelemahan dari model pembelajaran
inkuiri.
7.
Mengetahui dan memahami cara penerapan model inkuiri dalam
pembelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri
Kata inkuiri berasal dari bahasa inggris “Inquiry” berarti
pertanyaan, pemeriksaan, atau penyelidikan.
Menurut
Piaget, inkuiri merupakan pendekatan yang mempersiapkan peserta didik pada
situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang
terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari
jawabannya sendiri, serta menghubungkan jawaban yang satu dengan yang lain,
membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik yang
lain. (mulyasa, 2008).
Model pembelajaran inquiry adalah rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analisis
untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan (Sanjaya, 2006). Dengan melihat kedua pendapat di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inquiry adalah
model pembelajaran yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan
eksperimen sendiri sehingga dapat berpikir secara kritis untuk mencari dan
menemukan jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
B.
Teori-Teori Dasar yang Melandasi Model Inkuiri
Adapun teori-teori belajar
yang mendasari proses pembelajaran dengan model inkuiri antara lain:
1.
Teori belajar kontruktivisme
Menurut
pandangan teori ini siswa mengkontruksi pengetahuan mereka sendiri melalui
interaksi dengan objek, fenomena, data-data, fakta-fakta, pengalaman dan
lingkungannya.
Pengetahuan
yang dikontruksi dianggap benar, bila pengetahuan tersebut dapat digunakan
untuk memecahkan masalah sesuai dengan masalah yang dihadapi.
Kontruktivisme
juga beranggapan bahwa pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari
sesorang kepada orang lain, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh
masing-masing individu. Artinya, pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah jadi,
melainkan proses yang berkembang terus menerus.
Salah satu
tokoh kontruktivisme yaitu Pieget berpendapat bahwa: ‘pengetahuan yang dibuat
dalam pikiran anak, selama anak tersebut terlibat dalam proses pembelajaran
merupakan akibat dari interaksi secara aktif dengan lingkunganya melalui proses
asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah suatu proses kognitif untuk menyerap
setiap informasi baru kedalam pikirannya seperti: presepsi, konsep, dan
sebagainya. Selanjutnya akomodasi masalah suatu proses restrukrisasi informasi
yang sudah ada atau kemampuan menyusun kembali struktur pikirannya karena
pengaruh informasi yang baru saja diterima.
Selain
piaget, ahli konstruktivisme Vygostsky berpendapat bahwa “perkembangan
intelektual seorang anak yang sedang mengalami proses pembelajaran juga oleh
faktor sosialnya”. Maksudnya, perkembangan anak secara kognitif dipengaruhi
oleh lingkungan sosial dimana anak itu berada.
Jadi,
belajar dianggap sebagai proses untuk mengkonstruksi pengetahuan yang dilakukan
oleh siswa secara mandiri. Karena siswa diarahkan untuk menjawab materi sesuai
dengan kemampuan dan pengetahuan yang dimilikinya saat itu. Disamping itu,
dalam konstruktivisme proses belajar dipengaruhi oleh faktor pengalaman dan
lingkungan yang mendukung dalam memecahkan masalah, melakukan penyelidikan, dan
menarik suatu kesimpulan. Hal ini sejalan dengan rancangan materi yang
disesuaikan dengan masalah yang baisa dialami dilingkungan sehari-hari.
2.
Teori belajar Ausubel
Belajar
menurut Ausubel (Dahar,1996:111) ada dua jenis, yaitu 1) belajar bermakna (meaningful learning), dan 2) belajar menghafal (rate learning).
Belajar
bermakna merupakan suatu proses dimana setiap informasi atau pengetahuan baru
dihubungkan dengan struktur pengertian atau pemahaman yang sudah dimilikinya
oleh siswa sebelumnya. Belajar bermakna terjadi bila siswa mampu menghubungkan
setiap informasi baru kedalam struktur pengetahuan mereka. Hal ini terjadi
melalui pemahaman siswa terhadap sebuah konsep, mampu mengubah konsep melalui
proses asimilasi dan akomodasi konsep. Sehingga menyebabkan peningkatan
kemampuan untuk memecahkan masalah. Untuk itu dapat dikatakan teori belajar
bermakna dari Ausubel sesuai dengan model pembelajaran inkuiri. Karena siswa
mengidentifikasi masalah dan menyelesaikan materi secara mandiri tanpa
dibimbing oleh guru.
3.
Teori belajar penemuan dari Bruner
Salah satu
model instruksional kognitif yang sangat berpengaruh ialah model dari Jerome
Bruner (1996) yang dikenal dengan nama belajar penemuan. Bruner menganggap,
bahwa “belajar penemuan sesuai dengan pencarian secara aktif oleh
manusia”. Menurut Bruner, siswa disarankan berusaha sendiri untuk memecahkan
masalah yang berinteraksi dengan lingkungan, agar mereka memperoleh pengalaman,
melakukan eksperimen dan menemukan konsep itu sendiri.
Catatan
dalam bukunya “The act Discovery”
(1961), Bruner (Dahar,1996:92) mengemukakan beberapa kebaikan dari belajar
penemuan yaitu:
•
Meningkatkan potensi intelektual
•
Mengalihkan ketergantungan dari hadiah eksentrik ke hadiah intrinsik
• Menguasai
heuristika penemuan
•
Meningkatkan daya ingat
Berdasarkan
pendapat yang diungkapkan Bruner, model inkuiri mempunyai kesesuaian dengan
teori belajar penemuan. Karena siswa diarahkan untuk menyelesaikan permasalahan
pada lembar kerja sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan sendiri. Setelah itu
siswa berdiskusi dan dapat menarik kesimpulan sendiri mengenai materi yang
diberikan.
C.
Prinsip-Prinsip dalam Model Pembelajaran Inkuiri
Adapun prinsip –prinsip dalam pembelajaran inkuiri yaitu:
1.
Berorientasi pada Pengembangan Intelektual
Tujan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan
berpikir. Dengan demikian, strategi pembelajaran inkuiri ini selain
berorientasi pada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. Oleh
karena itu, keberhaasilan dari proses pembelajaran dengan menggunakan strategi
inkuiri bukan ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat menguasai materi
pembelajaran, akan tetapi sejauh mana beraktifitas mencari dan menemukan
sesuatu.
2.
Prinsip Interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik
interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi
antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi, artinya
menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur
lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan (directing) agar
siswa bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka.
3.
Prinsip Bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan strategi
pembelajaran inkuiri adalah guru sebagai penanya. Dengan demikian, kemampuan siswa
untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari
proses berpikir.
4.
Prinsip Belajar untuk Berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar
adalah proses berpikir, yaitu proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik
otak kiri maupun otak kanan. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan
penggunaan otak secara maksimal. Belajar yang hanya cenderung menggunakan otak
kiri dengan memaksa anak untuk berpikir logis dan rasional, akan membuat anak
dalam posisi “kering dan hampa”. Oleh karena itu, belajar berpikir logis dan
rasional perlu didukung oleh pergerakan otak kanan.
5.
Prinsip Keterbukaan
Belajar merupakan suatu proses mencoba berbagai kemungkinan.
Segala sesuatu mungkin saja terjadi. Oleh sebab itu, anak perlu diberikan
kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan
nalarnya. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan
berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya.
Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa
mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang
diajukan.
D.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Inkuiri
Secara
umum, langkah-langkah model pembelajaran inkuiri sebagai berikut :
1.
Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar siswa
siap melaksanakan proses pembelajaran. Guru merangsang dan mengajak siswa untuk
berpikir memecahkan masalah. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat
penting. Keberhasilan startegi ini sangat tergantung pada kemauan siswa untuk
beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah, tanpa kemauan
dan kemampuan maka proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan lancar.
2.
Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan
yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang
menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Dikatakan teka-teki
dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada
jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari
jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi inkuiri, oleh sebab itu
melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga
sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.
3.
Merumuskan hipotesis
Hipotesis
adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai
jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Perkiraan sebagai
hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berpikir
yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan
logis. Kemampuan berpikir logis itu sendiri akan sangat dipengaruhi oleh
kedalaman wawasan yang dimiliki serta keluasan pengalaman. Dengan demikian,
setiap individu yang kurang mempunyai wawasan akan sulit mengembangkan
hipotesis yang rasional dan logis.
4.
Mengumpulkan data
Mengumpulkan
data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji
hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data
merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual.
Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam
belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan
potensi berpikirnya.
5.
Menguji hipotesis
Menguji
hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data
atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis
juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran
jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus
didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
6.
Merumuskan kesimpulan
Merumuskan
kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan
hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru
mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.
E.
Model Pembelajaran Inkuiri
a.
Inkuiri Deduktif
Inkuiri deduktif adalah model inkuiri yang
permasalahannya berasal dari guru. Siswa dalam inkuiri deduktif diminta untuk
menentukan teori/konsep yang digunakan dalam proses pemecahan masalah.
b.
Inkuiri Induktif
Inkuiri induktif adalah model inkuiri yang
penetapan masalahnya ditentukan sendiri oleh siswa sesuai dengan bahan/materi
ajar yang akan dipelajari
F.
Jenis-jenis Pendekatan Inkuiri menurut Sound dan
Trowbridge
Sound dan Trowbridge 1973 (Mulayasa, 2008:109) mengemukakan
tiga macam model inkuiri sebagai berikut :
1. Inkuiri terpimpin (guide inquiry)
Pada
inkuiri terpimpin pelaksanaan penyelidikan dilakukan siswa berdasarkan
petunjuk-petunjuk guru, petunjuk yang diberikan pada umumnya berbentuk
pertanyaan-pertanyaan yang membimbing.
2. Inkuiri bebas (free inquiry)
Pada
inkuiri bebas siswa melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuan.
Masalah dirumuskan sendiri, eksperimen dilakukan sendiri dan kesimpulan konsep
diperoleh sendiri.
3. Inkuiri bebas yang dimodifikasi (modified free inquiry)
Pada inkuiri ini
guru memberikan permasalahan dan kemudian siswa diminta memecahkan permasalahan
tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian.
G.
Jenis-jenis Pendekatan Inkuiri Lain
a.
Inkuiri social
Inkuiri sosial merupakan strategi pembelajaran dari kelompok
sosial (social family) subkelompok konsep masyarakat (concept of society).
Subkelompok ini didasarkan pada asumsi bahwa metode pendidikan bertujuan untuk
mengembangkan anggota masyarakat ideal yang dapat hidup dan dapat mempertinggi
kualitas kehidupan masyarakat. Karena itulah siswa harus diberi pengalaman yang
memadai bagaimana caranya memecahkan persoalan-persoalan yang muncul di
masyarakat. Melalui pengalaman itulah setiap individu akan dapat membangun
pengetahuan yang berguna bagi inkuiri sosial pada dasarnya tidak berbeda dengan
inkuiri pada umumnya. Perbedaannya terletak pada masalah yang dikaji adalah
masalah-masalah sosial atau masalah kehidupan masyarakat.
b. Pembelajaran
Berdasarkan Masalah
Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem
Based Learning) adalah suatu metode pembelajaran yang didasarkan pada
prinsip menggunakan masalah sebagai titik awal akuisisi dan integrasi
pengetahuan baru. (H.S. Barrows 1982). Berbeda
dengan pembelajaran inkuiri yang
lebih menekankan pada masalah akademik, dalam mengembangkan Pembelajaran
Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem
Based Learning) lebih memfokuskan
pada masalah kehidupan nyata yang bermakna bagi siswa.
H.
Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Inkuiri
1.
Kelebihan
a.
Model pembelajaran inquiry dapat memberikan
ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
b.
Model pembelajaran inquiry merupakan model
pembelajaran yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern
yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya
pengalaman.
c.
Model pembelajaran inquiry merupakan model
pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif,
dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui
strategi ini dianggap lebih bermakna.
d.
Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas
rata-rata, artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan
terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
2.
Kekurangan
a.
Jika model pembelajaran inquiry
digunakan sebagai model pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan
keberhasilan siswa.
b.
Model ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena itu
terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
c.
Kadang-kadang dalam mengimplementasikanya memerlukan waktu yang
panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah
ditentukan.
d.
Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan
siswa menguasai materi pelajaran, maka model pembelajaran inquiry akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.
I.
Penerapan Pendekatan Inkuri dalam Pembelajaran IPA
di SD
Pendekatan
inkuri adalah suatu pendekatan yang menggunakan cara bagaimana atau jalan apa
yang harus ditempuh oleh siswa dengan bimbingan guru sampai pada penemuan-penemuan.
Piaget
dalam Sliman (2007:4) menjelaskan tentang pendekatan inkuiri sebagai
pembelajaran ialah pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk
melakukan eksperimen sendiri, dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu,
ingin menggunakan simbol mencari jawaban
atas pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan satu dengan yang lain,
membandingkan apa yang mereka temukan dengan yang orang lain temukan. Menurut
(Jorolimek dalam Najimudin), inkuiri merupakan pendekatan siswa.
Melalui
pendekatan inkuiri guru akan membantu mengembangkan keterampilan dan sikap
percaya diri dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Jika model ini sering
digunakan secara teratur berarti berguna untuk membelajarkan siswa dalam menemukan masalahnya sendiri dan sekaligus
memecahkannya.
Pendekatan
inkuiri merupakan proses pembelajaran yang menekankan pada pengembangan
kemampuan siswa untuk memecahkan satu masalah yang dibatasi oleh satu disiplin
ilmu. Dalam menanamkan konsep,
misalnya konsep gerak di kelas III SD, pembelajaran ini akan lebih bermakna
jika siswa diberi kesempatan untuk melakukan dan ikut terlibat secara aktif
dalam menemukan konsep gerak benda yang dibimbing guru.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Model pembelajaran inquiry adalah
model pembelajaran yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk
melakukan eksperimen sendiri sehingga dapat berpikir secara kritis untuk
mencari dan menemukan jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
2.
Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah keterlibatan
siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, keterarahan kegiatan
secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, mengembangkan sikap percaya pada
diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri. Namun dalam penerapannya,
pembelajaran inkuiri ini memiliki kelemahan seperti adanya kesulitan dalam
mengontrol siswa, ketidaksesuaian kebiasaan siswa dalam belajar, kadang
memerlukan waktu yang panjang dalam pengimplementasiannya, dan sulitnya dalam
implementasi yang dilakukan oleh guru bila keberhasilan belajar bergantung pada
siswa.
3.
Teori-teori yang melandasi model pembelajaran inquiri yaitu teori
belajar kontruktivisme, teori belajar Ausubel, teori belajar penemuan oleh
Gagne.
4.
Langkah-langkah pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut
orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji
hipotesis, merumuskan kesimpulan.
5.
Model pembelajaran inquiry
mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya
merumuskan problema sendiri, merancang eksperimen sendiri, melakukan eksperimen
sendiri, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, mempunyai
sikap-sikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, dan sebagainya.
B.
Saran
1. Semoga Metode Pembelajaran Inkuiri ini
bermanfaat untuk pendidikan
2.
Semua pihak yang terlibat dalam Pendidikan
Pembelajaran Inkuiri harus berperan aktif dan selalu bisa menciptakan
kemandirian didalam setiap kegiatanya. Baik dari segi siswa, guru, maupun
orangtuanya.
DAFTAR PUSTAKA
Bahri Syaiful, dkk, 2010. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta: Pt Rineka Cipta.
Hamzah, B. 2007. Model
Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Kunandar. 2007. Guru
Professional Implementasi Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Dan Sukses Dalam
Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo.
Mulyasa. 2008. Menjadi
guru Professional Menciptakan Pembelajaran Kreatif Dan Menyenangkan.
Bandung: Remaja Rosda Karya.
Muslich Masnur. 2008. KTSP
Pembelajaran Berbasis Kompetensi Dan Kontekstual.
Jakarta: Bumi Aksara.
Sanjaya Wina. 2006. Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana Perdana Media Group.
Suprijono, A. 2011. Cooperative
Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Trianto. 2010. Model
Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: PT Bumi Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar